Blogger news

Amalan Sunnah di Bulan Ramadhan yang Dilakukan oleh Nabi

            Apa sih yang kalian lakukan saat di bulan suci ini? Rutinkah kalian mengerjakannya atau tidak nih?

Ataukah kalian belum pernah tau sunnah apa saja yang Rasulullah saw. lakukan di saat itu?

Yuk kita kaji lagi apa-apa saja yang beliau lakukan saat bulan suci nan berkah selama satu bulan ini…

Dalam berpuasa, ada beberapa sunnah Rasulullah saw. yang dapat kita kerjakan, di antaranya:

1. Makan sahur sesudah tengah malam, meskipun sedikit (seteguk air atau sekedarnya). Hal ini bermaksud supaya menambah kekuatan kita ketika berpuasa. Rasulullah saw. bersabda:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم: تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ (متفق عليه)

Dari Anas r.a., Rasulullah saw. telah berkata, ‘Makan sahurlah kamu. Sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkah (menguatkan badan, menahan lapar karena puasa).” (Muttafaqun ‘Alaih)

2.     Mengakhirkan makan sahur selama fajar belum menyingsing (sampai waktu imsak, sekitar 10 menit sebelum Subuh). Disunnahkan berhenti makan makanan sebelum fajar dengan jarak yang cukup untuk 50 ayat (1/4 jam atau 15 menit). Sabda Rasulullah saw.:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم: لَا تَزَالُ أُمَّتِيْ بِخَيْرٍ مَا أَخَّرُوْا السَّحُوْرُ وَ عَجَّلُوْا الفِطْرَ (رواه أحمد)

Dari Abu Dzarr r.a., Rasulullah saw. bersabda, ‘Senantiasa umatku dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka.” (H.R. Ahmad)

Hadis lainnya:

وَعَنَ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رضي الله عنه قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ مَا بَيْنَهُمَا قَالَ خَمْسِيْنَ آيَةً (متفق عليه)

Dari Zaid bin Tsabit r.a., ia berkata: Kami makan sahur bersama-sama dengan Rasulullah saw. kemudian kami melaksanakan shalat (Subuh). Ada seseorang bertanya: Berapa lama antara sahur dengan shalat Subuh itu? Ia menjawab: ‘(Kira-kira) bacaan 50 ayat.” (Muttafaqun ‘Alaih)

3.    Menyegerakan berbuka apabila sudah yakin waktu Magrib telah tiba (terbenamnya matahari). Sabda Rasulullah saw.:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم: لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ (متفق عليه)

Dari Sahl bin Sa’ad r.a., Rasulullah saw. bersabda, ‘Senantiasa manusia dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (Muttafaqun ‘Alaih)

4.    Berbuka dengan kurma basah dengan jumlah yang ganjil. Jika tidak ada, bisa dengan kurma yadam, lalu kurma kering, lalu air Zamzam, lalu air, lalu hulwun, kemudian halwa.

Catatan: hulwun ialah sejenis makanan manis yang tidak diproses dengan api seperti madu dan anggur. Sedangkan hulwa ialah makanan manis yang diproses dengan api. Diriwayatkan oleh Anas r.a.:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم: يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ (رواه أبو داود و الترمذي و قال حديث حسن صحيح)

Dari Anas r.a., Nabi saw. selalu berbuka dengan beberapa biji kurma rutab (kurma gemading/baru masak) sebelum shalat; kalau tidak ada, dengan kurma kering; kalau tidak ada juga, beliau minum beberapa teguk air.” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata: ini hadis hasan shahih)

5.  Membaca doa ketika berbuka, sebagaimana dalam hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Ash r.a. yang berbunyi:

لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ دَعْوَةٌ لَا تُرَدُّ (أخرجه ابن ماجه (1753)

Bagi orang yang berpuasa ketika mau berbuka hendaklah ia berdoa, tidak akan tertolak (doanya).” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah no. 1753)

Hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a.:

عَنْ ابْنُ عُمَرَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم إِذَا أَفْطَرَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمَاُ وَ ابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ (رواه البخاري و مسلم)

Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. apabila berbuka puasa, beliau berdoa: Ya Allah, karena Engkau aku berpuasa dan dengan rezeki pemberian Engkau saya berbuka, dahaga telah lenyap dan urat-urat telah minum, serta pahala telah tetap bila Allah swt. menghendaki.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Adapun doa-doanya yang dapat diamalkan ialah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

Ya Allah karena Engkaulah aku berpuasa dan dengan rezeki daripada Engkaulah aku berbuka.” (Pelajaran Fiqih II, lihat hal. 23)

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ بِكَ آمَنْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ ذَهَبَ الظَّمَاُ وَ ابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذُنُوْبِيْ

Ya Allah, hanya karenaMu aku berpuasa, kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka, dengan rahmatMu sebaik-baik yang menyayangi. Ya Allah, dahaga telah hilang, urat-urat telah terpenuhi dan pahal telah menjadi tetap, jika Allah menghendaki. Ya Allah, dengan perantara rahmatMu yang menyeluruh ke seluruh sesuatu, sesungguhnya aku memohon padaMu agar Engkau mengampuni dosa-dosaku.”

(Risalah ‘Amaliah, lihat hal. 151)

ذَهَبَ الظَّمَاُ وَ ابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ. اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ فَاغْفِرْ لِيْ وَ تَقَبَّلْ مِنِّيْ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

Dahaga telah hilang, urat-urat telah terpenuhi dan pahal telah menjadi tetap, jika Allah menghendaki. Ya Allah, hanya karenaMu aku berpuasa dan dengan rezekiMu aku berbuka maka ampunilah dosaku dan terimalah ampunanku, sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَعَانَنِيْ فَصُمْتُ وَ رَزَقَنِيْ فَأَفْطُرْتُ

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang telah memberi pertolongan kepadaku sehingga aku bisa berbuka.”

(Syarah Hadis Jibril, lihat hal. 109)

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ بِكَ آمَنْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمَاُ وَ ابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ, الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَعَانَنِيْ فَصُمْتُ وَ رَزَقَنِيْ فَأَفْطُرْتُ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ

Ya Allah, hanya karenaMu aku berpuasa, kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dahaga telah hilang, urat-urat telah terpenuhi dan pahal telah menjadi tetap, jika Allah menghendaki. Segala puji bagi Allah, Tuhan yang telah memberi pertolongan kepadaku sehingga aku bisa berbuka. Ya Allah, dengan perantara rahmatMu yang menyeluruh ke seluruh sesuatu, sesungguhnya aku memohon padaMu agar Engkau mengampuniku.” (Fiqih Sistematis: Terjemah Kitab at-Taqrirat al-Sadidah al-masail al-Mufidah, lihat hal. 389)

6. Memperbanyak amal-amal kebajikan (perbuatan-perbuatan yang baik, seperti silaturahim, menghadiri majelis ilmu, umrah, menghadap Allah dengan menjaga hati dan anggota badan, dan membaca doa-doa yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw.)

7.     Hendaklah memperbanyak sedekah selama bulan puasa. Rasulullah saw. dalam sabdanya:

عَنْ أَنَسٍ قِيْلَ يَا رَسُوْلُ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ (رواه الترمذي)

Dari Anas r.a., ditanyakan orang kepada Rasulullah saw., sedekah apa yang paling baik? Jawab beliau, ‘Sedekah yang paling baik ialah sedekah pada bulan Ramadhan.” (H.R. Tirmidzi)

8.  Memberi makanan kepada orang yang berpuasa, bila datang waktu berbuka. Karena hal ini mengandung pahala yang besar. Dalam sabda Nabi saw.:

مَنْ أَفْطَرَ صَائِمًا فَلَهُ أَجْرُ صَائِمٍ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ (رواه الترمذي)

Barang siapa memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang sedang berpuasa, maka ia mendapat ganjaran sebanyak ganjaran orang yang berpuasa itu tidak kurang sedikitpun.” (H.R. Tirmidzi)

9.   Memperbanyak i’tikaf di masjid.

     I’tikaf artinya diam (berhenti) di dalam masjid dengan cara tertentu dan hukumnya sunnah pada tiap-tiap waktu, terlebih lagi sesudah 20 Ramadhan sampai akhir. Sebagaimana dalam hadis Nabi saw.:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ (متفق عليه)

Dari ‘Aisyah r.a., Rasulullah saw. selalu melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau dipanggil oleh Allah swt (wafat). Setelah beliau wafat, istri-istrinya meneruskan kebiasaan i’tikaf yang selalu dikerjakan oleh beliau.” (Muttafaqun ‘Alaih)

10. Mandi jinabat sebelum fajar karena menghindari perselisihan di antara ulama dan supaya dalam keadaan suci sejak awal berpuasa.

11. Mandi setiap malam di bulan Ramadhan setelah waktu Magrib, agar semangat dan segar saat beribadah di malam hari.

12. Melaksanakan shalat tarawih sejak malam pertama hingga akhir Ramadhan. Sebagaimana dalam hadis berikut ini:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيْهِ بِعَزِيْمَةٍ فَيَقُوْلُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري و مسلم)

Abu Hurairah r.a. telah menceritakan bahwasanya Nabi saw. selalu menganjurkan untuk melakukan qiyam (shalat sunnah) di bulan Ramadhan, tetapi tidak memerintahkan mereka dengan perintah yang tegas (wajib). Untuk itu, beliau bersabda, “Barang siapa mengerjakan shalat (sunnah di malam hari) bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala (Allah), niscaya dosa-dosanya yang terdahulu diampuni.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Yang dimaksudkan dalam hadis di atas ialah shalat tarawih.

13. Sangat dianjurkan untuk melaksanakan shalat witir. Dalam kitab At-Taqrirat Asy-Syadidah fi Masail Al-Mufidah yang dikarang oleh Sayyid Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al-Kaff halaman 445 disebutkan bahwa shalat witir di bulan Ramadhan memiliki tiga keistimewaan:

a.   Sunnah dilaksanakan dengan berjamaah;

b.   Sunnah mengeraskan suara;

c.   Menurut pendapat mu’tamad, sunnah membaca doa qunut di separuh kedua di bulan Ramadhan (biasanya 15-30 Ramadhan).

14. Memperbanyak membaca Al-Qur’an dengan merenungkan maknanya. Dalam sebuah atsar disebutkan: “Ramadhan ialah bulan Al-Qur’an.”

15. Memperbanyak shalat sunnah, seperti shalat rawatib, shalat dhuha, shalat tasbih, dan shalat awwabin.

16. Berusaha menemukan malam Lailatul Qadar di sepuluh malam terakhir terutama di hari-hari ganjilnya (21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan), lebih masyhurnya ialah malam 27 Ramadhan. Nabi Muhammad saw. bersabda:

وَ عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ (رواه البخاري)

Dari ‘Aisyah r.a. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: ‘Bersungguh-sungguhlah kalian mencari lailatul qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلى الله عليه و سلم: مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا فَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَ عِشْرِيْنَ (رواه أحمد بإسناد صحيح)

Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda, ‘Barang siapa yang ingin menjumpai malam qadar, hendaklah ia mencarinya pada malam dua puluh tujuh.” (H.R. Ahmad, dengan sanad yang shahih)

Dengan demikian, berlomba-lombalah dalam mencari malam lailatul qadar tersebut dengan bersungguh-sungguh, sebab di antara malam itu semua amal ibadah kita akan dilipatgandakan oleh Allah swt. daripada seribu bulan. Selain itu, jadikan waktu itu untuk berdoa dan meminta kepada-Nya tentang sesuatu yang kita inginkan.

17.  Berusaha berbuka dengan barang yang halal.

18.  Tausi’ah (melonggorkan nafkah) pada keluarga.

19.  Meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat, saling mencaci, dan perkataan-perkataan yang kotor, bohong, ghibah, dan sebagainya. Pernyataan ini sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. berbunyi:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَ الْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ شَرَابَهُ (أخرجه البخاري (1903) و أبو داود (2362) و غيرهما)

Barang siapa tidak mau meninggalkan omongan bohong dan memperbuatnya, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam diri orang yang berpuasa meninggalkan makanannya maupun minumannya.” (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari no. 1903 dan Abu Dawud no. 2362, dan lainnya)

Dan ada juga amalan yang bagus dibaca pada bulan Ramadhan menurut Risalah ‘Amaliah, yaitu:

·         Sepuluh hari pertama (1-10 Ramadhan)

اللهُمَ ارْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

·         Sepuluh pertengahan (11-20 Ramadhan)

اللهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

·         Dan sepuluh hari terakhir (21-30 Ramadhan)

اللهُمَّ اقْتِقْنِيْ مِنَ النَّارِ وَ أَدْخِلْنِيْ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

(Risalah ‘Amaliah, lihat hal. 148) 

Semoga kita semua dapat mengamalkannya. Aamiin.

Karya: iLai

Referensi:

Zarkasyi, Imam. 2013. Pelajaran Fiqih II. Ponorogo: Trimurti Press.

Al-Kaff, Hasan Ahmad Muhammad. 2006. At-Taqrirat Asy-Syadidah fi Masail Al-Mufidah. Darul Ulum Al-Islamiyah.

Mubarok, Abu Hazim. 2012. Fiqh Idola: Terjemah Fathul Qarib, buku satu. Kediri: Mukjizat.

Hamim HR, Muhammad. 2018. Fiqih Sistematis: Terjemah Kitab at-Taqrirat al-Sadidah al-masail al-Mufidah. Lirboyo: Zamzam.

Zain Ibrahim Smith. 2006. Syarh Hadis Jibril. Jakarta: Darul Ilmi.

Yunus, Mahmud. 1936. Al-Fiqhu Al-Wadhih, Juz 2. Jakarta: Al-Maktabah As-Sa’diyyah Putra.

Hamzah, M. Qusairi. 2005. Risalah ‘Amaliyah. Martapura: Inayah.

Rasjid, Sulaiman. 2018. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Imam Nawawi. 2013.Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.

Referensi gambar: https://www.tribunnews.com/lifestyle/2020/04/24/keutamaan-10-hari-pertama-ramadhan-1441-h-2020-maksimalkan-5-amalan-ini-agar-pahala-maksimal

Posting Komentar