Apa sih yang kalian lakukan saat di bulan suci ini? Rutinkah kalian mengerjakannya atau tidak nih?
Ataukah kalian belum pernah tau sunnah apa saja yang Rasulullah
saw. lakukan di saat itu?
Yuk kita kaji lagi apa-apa saja yang beliau lakukan saat bulan suci nan berkah selama satu bulan ini…
Dalam berpuasa, ada beberapa sunnah Rasulullah saw. yang dapat kita kerjakan, di antaranya:
1. Makan sahur sesudah tengah malam, meskipun sedikit (seteguk air atau sekedarnya). Hal ini bermaksud supaya menambah kekuatan kita
ketika berpuasa. Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ أَنَسٍ
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم: تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِي
السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ (متفق عليه)
“Dari Anas r.a., Rasulullah saw. telah berkata, ‘Makan
sahurlah kamu. Sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkah (menguatkan badan,
menahan lapar karena puasa).” (Muttafaqun ‘Alaih)
2. Mengakhirkan
makan sahur selama fajar belum menyingsing (sampai waktu imsak, sekitar 10
menit sebelum Subuh). Disunnahkan berhenti makan makanan sebelum fajar dengan
jarak yang cukup untuk 50 ayat (1/4 jam atau 15 menit). Sabda Rasulullah saw.:
عَنْ أَبِي
ذَرٍّ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم: لَا تَزَالُ أُمَّتِيْ بِخَيْرٍ
مَا أَخَّرُوْا السَّحُوْرُ وَ عَجَّلُوْا الفِطْرَ (رواه أحمد)
“Dari
Abu Dzarr r.a., Rasulullah saw. bersabda, ‘Senantiasa umatku dalam kebaikan
selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka.” (H.R. Ahmad)
Hadis lainnya:
وَعَنَ زَيْدِ
بْنِ ثَابِتٍ رضي الله عنه قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه
و سلم ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ مَا بَيْنَهُمَا قَالَ
خَمْسِيْنَ آيَةً (متفق عليه)
“Dari
Zaid bin Tsabit r.a., ia berkata: Kami makan sahur bersama-sama dengan
Rasulullah saw. kemudian kami melaksanakan shalat (Subuh). Ada seseorang
bertanya: Berapa lama antara sahur dengan shalat Subuh itu? Ia menjawab:
‘(Kira-kira) bacaan 50 ayat.” (Muttafaqun ‘Alaih)
3. Menyegerakan
berbuka apabila sudah yakin waktu Magrib telah tiba (terbenamnya matahari). Sabda Rasulullah saw.:
عَنْ سَهْلِ
بْنِ سَعْدٍ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم: لَا يَزَالُ النَّاسُ
بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ (متفق عليه)
“Dari
Sahl bin Sa’ad r.a., Rasulullah saw. bersabda, ‘Senantiasa manusia dalam
kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (Muttafaqun ‘Alaih)
4. Berbuka dengan
kurma basah dengan jumlah yang ganjil. Jika tidak ada, bisa dengan kurma yadam,
lalu kurma kering, lalu air Zamzam, lalu air, lalu hulwun, kemudian halwa.
Catatan: hulwun
ialah sejenis makanan manis yang tidak diproses dengan api seperti madu dan
anggur. Sedangkan hulwa ialah makanan manis yang diproses dengan api. Diriwayatkan oleh Anas r.a.:
عَنْ أَنَسٍ
قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم: يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ
عَلَى رُطَبَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ
تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ (رواه أبو داود و الترمذي و قال حديث حسن صحيح)
“Dari Anas
r.a., Nabi saw. selalu berbuka dengan beberapa biji kurma rutab (kurma gemading/baru
masak) sebelum shalat; kalau tidak ada, dengan kurma kering; kalau tidak ada
juga, beliau minum beberapa teguk air.” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia
berkata: ini hadis hasan shahih)
5. Membaca doa
ketika berbuka, sebagaimana dalam hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amru
bin Al-‘Ash r.a. yang berbunyi:
لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ دَعْوَةٌ لَا تُرَدُّ (أخرجه ابن ماجه (1753)
“Bagi orang yang berpuasa ketika mau berbuka hendaklah
ia berdoa, tidak akan tertolak (doanya).” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah no.
1753)
Hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a.:
عَنْ ابْنُ
عُمَرَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم إِذَا أَفْطَرَ قَالَ اللَّهُمَّ
لَكَ صُمْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمَاُ وَ ابْتَلَّتِ
الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ (رواه البخاري و مسلم)
“Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. apabila berbuka puasa, beliau berdoa: Ya Allah, karena Engkau aku berpuasa dan dengan rezeki pemberian Engkau saya berbuka, dahaga telah lenyap dan urat-urat telah minum, serta pahala telah tetap bila Allah swt. menghendaki.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Adapun doa-doanya yang dapat diamalkan ialah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ
لَكَ صُمْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
“Ya
Allah karena Engkaulah aku berpuasa dan dengan rezeki daripada Engkaulah aku
berbuka.” (Pelajaran Fiqih II, lihat hal. 23)
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ بِكَ
آمَنْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ ذَهَبَ الظَّمَاُ وَ ابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ
شَاءَ اللَّهُ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ
كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذُنُوْبِيْ
“Ya Allah, hanya karenaMu aku berpuasa, kepadaMu aku
beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka, dengan rahmatMu sebaik-baik yang
menyayangi. Ya Allah, dahaga telah hilang, urat-urat telah terpenuhi dan pahal
telah menjadi tetap, jika Allah menghendaki. Ya Allah, dengan perantara
rahmatMu yang menyeluruh ke seluruh sesuatu, sesungguhnya aku memohon padaMu
agar Engkau mengampuni dosa-dosaku.”
(Risalah ‘Amaliah, lihat hal. 151)
ذَهَبَ الظَّمَاُ وَ ابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ
وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ. اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ
أَفْطَرْتُ فَاغْفِرْ لِيْ وَ تَقَبَّلْ مِنِّيْ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ
الْعَلِيْمُ.
“Dahaga telah hilang, urat-urat telah terpenuhi dan
pahal telah menjadi tetap, jika Allah menghendaki. Ya Allah, hanya karenaMu aku
berpuasa dan dengan rezekiMu aku berbuka maka ampunilah dosaku dan terimalah
ampunanku, sesungguhnya Engkaulah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
أَعَانَنِيْ فَصُمْتُ وَ رَزَقَنِيْ فَأَفْطُرْتُ
“Segala
puji bagi Allah, Tuhan yang telah memberi pertolongan kepadaku sehingga aku
bisa berbuka.”
(Syarah Hadis Jibril, lihat hal. 109)
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَ بِكَ
آمَنْتُ وَ عَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمَاُ وَ ابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ
وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ, الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَعَانَنِيْ
فَصُمْتُ وَ رَزَقَنِيْ فَأَفْطُرْتُ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْئَلُكَ بِرَحْمَتِكَ
الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ
“Ya
Allah, hanya karenaMu aku berpuasa, kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu
aku berbuka. Dahaga telah hilang, urat-urat telah terpenuhi dan pahal telah
menjadi tetap, jika Allah menghendaki. Segala puji bagi Allah, Tuhan yang telah
memberi pertolongan kepadaku sehingga aku bisa berbuka. Ya Allah, dengan
perantara rahmatMu yang menyeluruh ke seluruh sesuatu, sesungguhnya aku memohon
padaMu agar Engkau mengampuniku.” (Fiqih
Sistematis: Terjemah Kitab at-Taqrirat al-Sadidah al-masail al-Mufidah, lihat hal. 389)
6. Memperbanyak amal-amal kebajikan
(perbuatan-perbuatan yang baik, seperti silaturahim, menghadiri majelis ilmu,
umrah, menghadap Allah dengan menjaga hati dan anggota badan, dan membaca
doa-doa yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw.)
7. Hendaklah memperbanyak sedekah selama bulan puasa.
Rasulullah saw. dalam sabdanya:
عَنْ أَنَسٍ
قِيْلَ يَا رَسُوْلُ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: صَدَقَةٌ فِي
رَمَضَانَ (رواه الترمذي)
“Dari
Anas r.a., ditanyakan orang kepada Rasulullah saw., sedekah apa yang paling
baik? Jawab beliau, ‘Sedekah yang paling baik ialah sedekah pada bulan Ramadhan.”
(H.R. Tirmidzi)
8. Memberi makanan
kepada orang yang berpuasa, bila datang waktu berbuka. Karena hal ini
mengandung pahala yang besar. Dalam sabda Nabi saw.:
مَنْ أَفْطَرَ صَائِمًا فَلَهُ أَجْرُ
صَائِمٍ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ (رواه الترمذي)
“Barang
siapa memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang sedang berpuasa, maka ia
mendapat ganjaran sebanyak ganjaran orang yang berpuasa itu tidak kurang
sedikitpun.” (H.R. Tirmidzi)
9. Memperbanyak i’tikaf di masjid.
I’tikaf artinya diam (berhenti) di dalam masjid dengan cara tertentu dan hukumnya sunnah pada tiap-tiap waktu, terlebih lagi sesudah 20 Ramadhan sampai akhir. Sebagaimana dalam hadis Nabi saw.:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ
صلى الله عليه و سلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ
حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ (متفق
عليه)
“Dari
‘Aisyah r.a., Rasulullah saw. selalu melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan sampai beliau dipanggil oleh Allah swt (wafat). Setelah beliau
wafat, istri-istrinya meneruskan kebiasaan i’tikaf yang selalu dikerjakan oleh
beliau.” (Muttafaqun ‘Alaih)
10. Mandi jinabat
sebelum fajar karena menghindari perselisihan di antara ulama dan supaya dalam
keadaan suci sejak awal berpuasa.
11. Mandi setiap
malam di bulan Ramadhan setelah waktu Magrib, agar semangat dan segar saat
beribadah di malam hari.
12. Melaksanakan
shalat tarawih sejak malam pertama hingga akhir Ramadhan. Sebagaimana dalam hadis berikut ini:
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيْهِ
بِعَزِيْمَةٍ فَيَقُوْلُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري و مسلم)
“Abu Hurairah r.a.
telah menceritakan bahwasanya Nabi saw. selalu menganjurkan untuk melakukan
qiyam (shalat sunnah) di bulan Ramadhan, tetapi tidak memerintahkan mereka
dengan perintah yang tegas (wajib). Untuk itu, beliau bersabda, “Barang siapa
mengerjakan shalat (sunnah di malam hari) bulan Ramadhan karena iman dan
mengharapkan pahala (Allah), niscaya dosa-dosanya yang terdahulu diampuni.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Yang dimaksudkan dalam hadis di atas ialah shalat
tarawih.
13. Sangat
dianjurkan untuk melaksanakan shalat witir. Dalam kitab At-Taqrirat
Asy-Syadidah fi Masail Al-Mufidah yang dikarang oleh Sayyid Hasan bin Ahmad
bin Muhammad Al-Kaff halaman 445 disebutkan bahwa shalat witir di bulan
Ramadhan memiliki tiga keistimewaan:
a. Sunnah
dilaksanakan dengan berjamaah;
b. Sunnah
mengeraskan suara;
c. Menurut
pendapat mu’tamad, sunnah membaca doa qunut di separuh kedua di bulan
Ramadhan (biasanya 15-30 Ramadhan).
14. Memperbanyak
membaca Al-Qur’an dengan merenungkan maknanya. Dalam sebuah atsar
disebutkan: “Ramadhan ialah bulan Al-Qur’an.”
15. Memperbanyak
shalat sunnah, seperti shalat rawatib, shalat dhuha, shalat tasbih, dan shalat
awwabin.
16. Berusaha
menemukan malam Lailatul Qadar di sepuluh malam
terakhir terutama di hari-hari ganjilnya (21, 23, 25, 27, dan 29 Ramadhan), lebih masyhurnya
ialah malam 27 Ramadhan. Nabi Muhammad saw. bersabda:
وَ عَنْ
عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ
رَمَضَانَ (رواه البخاري)
“Dari
‘Aisyah r.a. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: ‘Bersungguh-sungguhlah kalian
mencari lailatul qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam yang terakhir
dari bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari)
عَنِ ابْنِ
عُمَرَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلى الله عليه و سلم: مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيْهَا
فَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَ عِشْرِيْنَ (رواه أحمد بإسناد صحيح)
“Dari
Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda, ‘Barang siapa yang ingin menjumpai
malam qadar, hendaklah ia mencarinya pada malam dua puluh tujuh.” (H.R.
Ahmad, dengan sanad yang shahih)
Dengan
demikian, berlomba-lombalah dalam mencari malam lailatul qadar tersebut dengan
bersungguh-sungguh, sebab di antara malam itu semua amal ibadah kita akan dilipatgandakan
oleh Allah swt. daripada seribu bulan. Selain itu, jadikan waktu itu untuk
berdoa dan meminta kepada-Nya tentang sesuatu yang kita inginkan.
17. Berusaha
berbuka dengan barang yang halal.
18. Tausi’ah (melonggorkan nafkah) pada keluarga.
19. Meninggalkan
hal-hal yang tidak bermanfaat, saling mencaci, dan perkataan-perkataan
yang kotor, bohong, ghibah, dan sebagainya. Pernyataan ini sebagaimana dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. berbunyi:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَ الْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ شَرَابَهُ (أخرجه البخاري (1903) و أبو داود (2362) و غيرهما)
“Barang siapa tidak mau meninggalkan omongan bohong
dan memperbuatnya, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam diri orang yang
berpuasa meninggalkan makanannya maupun minumannya.” (Dikeluarkan oleh Imam
Bukhari no. 1903 dan Abu Dawud no. 2362, dan lainnya)
Dan ada juga amalan yang bagus dibaca pada
bulan Ramadhan menurut Risalah ‘Amaliah, yaitu:
·
Sepuluh hari pertama (1-10 Ramadhan)
اللهُمَ ارْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
·
Sepuluh pertengahan (11-20 Ramadhan)
اللهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
·
Dan sepuluh hari terakhir (21-30 Ramadhan)
اللهُمَّ اقْتِقْنِيْ مِنَ النَّارِ وَ أَدْخِلْنِيْ الْجَنَّةَ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
(Risalah ‘Amaliah, lihat hal. 148)
Semoga kita semua dapat mengamalkannya. Aamiin.
Karya: iLai
Referensi:
Zarkasyi, Imam. 2013. Pelajaran Fiqih II. Ponorogo: Trimurti Press.
Al-Kaff, Hasan Ahmad Muhammad. 2006. At-Taqrirat
Asy-Syadidah fi Masail Al-Mufidah. Darul Ulum Al-Islamiyah.
Mubarok, Abu Hazim. 2012. Fiqh Idola:
Terjemah Fathul Qarib, buku satu. Kediri: Mukjizat.
Hamim HR, Muhammad. 2018. Fiqih Sistematis:
Terjemah Kitab at-Taqrirat al-Sadidah al-masail al-Mufidah. Lirboyo:
Zamzam.
Zain Ibrahim Smith. 2006. Syarh
Hadis Jibril. Jakarta: Darul Ilmi.
Yunus, Mahmud. 1936. Al-Fiqhu Al-Wadhih,
Juz 2. Jakarta: Al-Maktabah As-Sa’diyyah Putra.
Hamzah, M. Qusairi. 2005. Risalah ‘Amaliyah. Martapura:
Inayah.
Rasjid, Sulaiman. 2018. Fiqh
Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Imam Nawawi. 2013.Terjemah
Riyadhus Shalihin Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.
Posting Komentar
Posting Komentar