Blogger news

Tinjauan Lengkap Salat Tarawih Berdasar Sunnah Rasulullah

 

Pengertian Shalat Tarawih dan Pelaksanaannya

Shalat tarawih ialah shalat sunnah yang selalu dilaksanakan oleh semua umat Islam, hanya dilakukan di malam bulan suci Ramadhan. Secara bahasa, tarawih ialah santai atau istirahat. Jadi, disebut shalat tarawih dapat dikatakan bahwa pelaksanaannya dilakukan dengan santai. Adapun pelaksanaannya dimulai setelah shalat ‘Isya awal malam Ramadhan sampai terbit fajar sebelum shalat Subuh. Hukum melaksanakannya adalah sunnah muakkad (sunnah yang lebih utama). Sementara itu, kaum Muslim berbondong-bondong (laki-laki maupun perempuan) mengerjakannya secara berjamaah baik dengan sebanyak 8 rakaat maupun 20 rakaat di sebuah masjid. Namun, bisa juga shalat ini dikerjakan dengan sendiri-sendiri. Adapun tiap-tiap 2 rakaatnya diakhiri dengan salam. Biasanya bersambung dengan shalat sunnah witir.

Selain itu, tata cara shalat tarawih ini sama saja dengan tata cara shalat biasa pada umumnya. Hanya saja mengenai niat shalat tarawih ini, bentuk lafaznya berbunyi:

اُصَلِّي سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى

Artinya: “Sengaja aku shalat sunnah tarawih dua rakaat karena Allah ta’ala.” Hal tersebut diniatkan dalam hati kita masing-masing.

Sedangkan jika mengerjakan shalat tarawih secara berjamaah menjadi makmum, maka niat yang dilafazkan ialah:

اُصَلِّي سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مَاْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى

ArtinyaSengaja aku shalat sunnah tarawih dua rakaat menjadi makmum karena Allah ta’ala.”

            Dalam kitab Syarh Hadis Jibril mengatakan Imam Nawawi rahimahullah, ia berkata bahwa kita dianjurkan membaca satu juz dari Al-Qur’an di tiap shalat tarawih tersebut.

Dasar Hukum

Dalam hadis Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., berbunyi:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيْهِ بِعَزِيْمَةٍ فَيَقُوْلُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري و مسلم)

Artinya:

Abu Hurairah r.a. telah menceritakan bahwasanya Nabi saw. selalu menganjurkan untuk melakukan qiyam (shalat sunnah) di bulan Ramadhan, tetapi tidak memerintahkan mereka dengan perintah yang tegas (wajib). Untuk itu, beliau bersabda, “Barang siapa mengerjakan shalat (sunnah di malam hari) bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala (Allah), niscaya dosa-dosanya yang terdahulu diampuni.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Hadis lain yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a., berbunyi:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صَلَّى فِي الْمَسْجِدَ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَ صَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنَ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوْا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِيْ مِنَ الْخُرُوْجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا إِنِّيْ خَشِيْتُ أَنْ تَفْرُضَ عَلَيْكُمْ, قَالَ وَ ذَالِكَ فِي رَمَضَانَ (رواه البخاري و مسلم)

Artinya:

Dari Aisyah r.a., “Sesungguhnya Nabi saw. pada suatu malam telah shalat di masjid, maka shalat pula orang banyak mengikuti beliau. Kemudian beliau shalat pula kedua kalinya, maka bertambah banyaklah banyak orang mengikutinya. Kemudian pada malam ketiga atau keempatnya mereka berkumpul pula, tetapi beliau tidak datang kepada mereka. Paginya beliau berkata, ‘Saya mengetahui apa yang kamu kerjakan malam tadi (yaitu berkumpul untuk shalat). Saya tidak berhalangan untuk datang kepada kamu, hanya saya takut shalat itu menjadi wajib atas kamu’. Kejadian tersebut dalam bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Bilangan dalam Shalat Tarawih

Fakta menariknya mengenai shalat ini ialah bahwa Rasulullah saw. hanya pernah melakukannya secara berjama'ah dengan orang banyak dalam 3 kali kesempatan berdasarkan riwayat ahli hadis yakni pada malam ke-23, 25, dan 27 Ramadhan. Disebutkan juga bahwa Rasulullah saw. kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam berikutnya karena takut hal itu akan menjadi kewajiban kepada setiap kaum Muslim.

Adapun dalil-dalil jumlah rakaat shalat tarawih ini bermacam-macam. Dalam kitab Fiqh Islam karangan H. Sulaiman Rasjid halaman 150-151 mengatakan bahwa jumlah rakaat shalat tarawih yang Rasulullah saw. kerjakan bersama orang-orang itu ialah delapan rakaat. Sedangkan dalam kitab Syarh Hadis Jibril karangan Habib Zain bin Ibrahim bin Smith halaman 95 mengatakan bahwa jumlah rakaat shalat tarawih tersebut ialah dua puluh rakaat. Hal ini menurut pendapat Imam Malik dalam salah satu kedua pendapatnya, Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan Imam Dawud.

Namun, dalam kitab Bidayatul Mujtahid karangan Ibnu Rusyd halaman 152 mengatakan bahwa jumlah rakaat shalat tarawih ialah tiga puluh enam rakaat. Hal tersebut dikatakan oleh Ibnul Qasim dari kalangan Imam Malik.

Yang menjadi dalil shalat tarawih delapan rakaat ialah yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a., berbunyi:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَ لَا فِي غَيْرِهِ عَلَى اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً (أخرج البخاري و غيره)

Artinya:

Dari Aisyah r.a., ia berkata: “yang dikerjakan oleh Rasulullah saw. baik dalam bulan Ramadhan ataupun lainnya, tidak lebih dari sebelas rakaat.” (Diketengahkan oleh Bukhari dan lainnya).

Hadis Nabi saw. lainnya, berbunyi:

عَنْ جَابِرٍ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ًصَلَّى بِهِمْ ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ أَوْتَرَ (أخرجه ابن حبان)

Artinya:

Dari Jabir r.a., “Sesungguhnya Nabi saw. telah shalat bersama-sama mereka delapan rakaat, kemudian beliau shalat witir.” (Diketengahkan oleh Ibnu Hibban).

            Sedangkan yang menjadi dalil shalat tarawih dua puluh rakaat ialah yang diriwayatkan oleh Yazid bin Ruman r.a. berdasarkan pendapat Imam Malik ialah:

كان الناس يقومون في زمان بن الخطاب بثلاث و عشرين ركعة.

Dalam riwayat ini, sesudah mereka shalat berjamaah di masjid, mereka shalat lagi di rumah masing-masing. Hal ini terjadi pada masa khalifah kedua yakni Umar bin Khattab yang mana beliau berinisiatif untuk mengumpulkan orang banyak kemudian shalat bersama-sama sebanyak dua puluh rakaat. Pada saat itu terjadi, ada beberapa sahabat yang terkenal dan terkemuka hadir dalam shalat tarawih juga.

            Adapun yang menjadi dalil shalat tarawih tiga puluh enam rakaat adalah pada masa Umar bin Abdul Aziz sebagaimana yang ditakhrijkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Dawud Ibni Qais, berbunyi:

يصلون ستا و ثلاثين ركعة و يوترون بثلاث.

Sebagaiman yang telah disebutkan di atas bahwasanya menurut Ibnul Qasim dari kalangan Imam Malik berpendapat yang berdasarkan perintah terdahulu, yakni mengerjakan shalat tarawih itu sebanyak tiga puluh enam rakaat.

Keutamaan Shalat Tarawih

            Dalam kitab Rahasia Shalat Sunnat karangan: Bimbingan Lengkap dan Priaktis karangan Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari halaman 135-141 mengatakan bahwa ada beberapa keutamaan (fadhilah) shalat Tarawih ini, yaitu:

1.      Akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, sebagaimana dalam hadis Nabi saw. bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (متفق عليه)

Artinya:

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa mengerjakan shalat sunnah pada malam bulan Ramadhan dengan penuh kenikmatan dan hanya mengharapkan pahala dari Allah swt., maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘Alaih).

Dalam hadis lain juga menyebutkan seperti di atas dalam kitab Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 2 karangan Imam Nawawi halaman 215 bahwa orang yang selalu mengerjakan shalat sunnah tersebut maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dalam hadisnya beliau bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيْهِ بِعَزِيْمَةٍ فَيَقُوْلُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه مسلم)

Artinya:

Dari Abu Hurairah r.a. telah menceritakan bahwasanya Nabi saw. sangat menganjurkan untuk selalu melakukan qiyam (shalat sunnah) di bulan Ramadhan, tetapi tidak memerintahkan mereka dengan perintah yang tegas (wajib). Untuk itu, beliau bersabda, “Barang siapa mengerjakan shalat (sunnah di malam hari) bulan Ramadhan karena dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala (Allah), niscaya dosa-dosanya yang terdahulu diampuni.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Karya: iLai

Referensi:

Rasjid, Sulaiman. 2018. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Zarkasyi, Imam. 2013. Pelajaran Fiqih 1. Ponorogo: Trimurti Press.

Zain Ibrahim Smith. 2006. Syarh Hadis Jibril. Jakarta: Darul Ilmi.

Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid Juz 1. Al-Haramain.

Manan, Abdul. 2009. Rahasia Shalat Sunnat: Bimbingan Lengkap dan Praktis. Bandung: Pustaka Hidayah.

Imam Nawawi. 2013.Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.

Sumber gambar: https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fmedia.beritagar.id%2F2019-05%2F282c8c436020be37f6c6ea3d5b6e7cea04bbcb47.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fberitagar.id%2Fartikel%2Framadan%2Fmengapa-jumlah-rakaat-tarawih-bisa-berbeda&tbnid=pB5jItnvgUiemM&vet=12ahUKEwiki96vsY7wAhXy3XMBHYsSD1QQMygOegUIARDUAQ..i&docid=ycN1iTUrhDwMXM&w=1440&h=960&q=salat%20tarawih&safe=strict&ved=2ahUKEwiki96vsY7wAhXy3XMBHYsSD1QQMygOegUIARDUAQ

Posting Komentar