Tidur merupakan salah satu kegiatan dari segala aktivitas yang
selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Tidur juga merupakan salah
satu cara mengontrol emosional diri dari berbagai hal-hal yang tidak baik untuk
dilakukan. Hal ini menjadi manfaat tersendiri bagi yang melakukannya ketika
sedang lelah ataupun menstabilkan kerja otak sebelum beraktivitas kembali pada
keesokan harinya. Namun, tidur juga bisa menimbulkan dampak negatif untuk kesehatan
jika dilakukan secara berlebihan, seperti malas bergerak, pikiran menjadi dangkal
dan kacau balau jikalau terlalu sering tidur di kala sore hari dan saat matahari
tenggelam (waktu magrib).
Ada beberapa amalan yang menjadi kebiasaan semua umat manusia
terkhusus umat Islam sebelum tidur. Bahkan beberapa sunnah ini sangat
dianjurkan oleh baginda Rasulullah saw. ketika beliau masih hidup. Di antara
sunah beliau sebelum tidur adalah membaca zikir, baik berupa bacaan Al-Qur’an
maupun doa yang bersumber dari hadis-hadis Nabi saw. Tahukah anda bahwa ada
beberapa amalan yang bisa dikerjakan sebelum tidur agar terhindar dari mimpi
buruk, dilindungi oleh malaikat-Nya selama kita tidur, dan masih banyak
keutamaan-keutamaan lainnya jika diamalkan demikian.
Pada kesempatan kali ini, penulis
akan membahas lebih mengenai beberapa amalan, doa, serta zikir dari ayat-ayat
Al-Qur’an yang hendaknya dibaca sebelum
tidur. Berikut amalan-amalan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.:
1. Berwudhu
sebelum tidur
Sudah
dibahas pada artikel sebelumnya mengenai “Betapa Dahsyatnya Beristiqamah Dalam
Berwudhu” dimana banyak sekali manfaat yang dirasakan
setelah mengamalkannya. Sebagai seorang Muslim hendaknya sudah terbiasa
berwudhu apalagi diamalkan sebelum tidur. Selain bermaanfaat bagi diri sendiri
juga sangat bagus diamalkan di setiap aktivitas lainnya.
Sebagaimana
sabda Nabi saw.:
وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ: قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم إِذَا أَتَيْتَ
مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوْئَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ
الْأَيْمَنِ وَ قُلْ ذَكَرَ نَحْوَهُ وَ فِيْهِ وَ اجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا
تَقُوْلُ (متفق عليه)
“Dari Al-Barra’ bin
Azib ra., ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda kepadaku: “Apabila kamu hendak
tidur, maka berwudhulah terlebih dahulu seperti wudhumu untuk salat, kemudian
berbaringlah pada pinggangmu yang kanan dan bacalah doa -sebagaimana doa yang
telah diajarkan kepada kita- Dalam hadis ini, Nabi saw. bersabda pula: “Jadikanlah
bacaan doa itu sebagai akhir dari semua perkataanmu.” (lihat Terjemah Riyadhus Shalihin Juz 2, hal.
17-18).
2. Ayat
kursi
Membaca ayat kursi juga merupakan salah satu amalan yang bisa dikerjakan
sebelum tidur. Disunahkan membacanya sebab hal tersebut akan menjaga diri dari gangguan setan
sampai waktu subuh tiba. Hal ini berangkat dari kisah Abu Hurairah ra. ketika
bermimpi bertemu pencuri zakat. Pada akhir hadis disebutkan,
إِذَا
أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ، فَإِنَّهُ لَنْ يُزَالَ مَعَكَ
مِنَ اللّهِ تَعَالَى حَافِظٌ، وَ لَا يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ
“Jika engkau hendak
tidur, bacalah ayat kursi. Jika engkau
membacanya, niscaya Allah akan senantiasa menjagamu, dan setan tidak akan
mendekatimu sampai subuh tiba.”
Maka Nabi saw. bersabda,
مَا
إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوْبٌ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ
لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ
“Adapun saat itu dia berkata benar, meskipun dia adalah
pendusta. Engkau tahu siapa yang berkata padamu sampai tiga malam itu, wahai
Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab, “Tidak” Nabi saw. bersabda, “Dia adalah setan.”
(HR. Bukhari)
Yang dimaksudkan ayat kursi di sini ialah
firman Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 255,
اللّهُ
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ
نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِيْ
يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا
خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ وَسِعَ
كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ
الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan
tidak pula tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang ada di
langit dan ada di bumi. Tiada
yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa seizin-Nya.
Allah mengetahui apa-apa yang ada di
hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi
lagi Maha Besar.”
3. Dua
ayat terakhir surah Al-Baqarah
Hal ini berdasarkan hadis Nabi saw. yang diriwayatkan Abu Mas’ud Al-Anshari
yang berbunyi,
مَن
قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيلَةٍ كَفَتَاهُ
“Barang siapa membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah pada
malam hari, maka keduanya akan mencukupinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dua ayat terakhir surah Al
Baqarah yang dimaksudkan adalah ayat 285-286,
آمَنَ
الرَّسُوْلُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ
بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْ
رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ
الْمَصِيْرُ. لاَ
يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا
اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا
وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ
قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا
وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ
الْكَافِرِيْنَ
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya
dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antarseorang pun (dengan yang lain)
dari rasul-rasul-Nya.’ Dan mereka mengatakan, ‘Kami dengar dan kami taat.’
(Mereka berdoa), ‘Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat
(kami) kembali (285). Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdoa), ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami
memikulnya. Maafkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Hanya Engkaulah
penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir (286).”
Dua ayat terakhir dalam surat ini bukanlah bacaan yang secara khusus
dibaca sebelum tidur. Tetapi, bisa dibaca sepanjang waktu khususnya malam hari.
Barang siapa yang belum membacanya di malam hari dan baru teringat sebelum
tidur, pada saat itu hendaklah ia membacanya.
Para ulama berbeda pendapat tentang memaknai (كَفَتَاهُ), di antaranya:
1. Ada
yang mengatakan maknanya ialah mencukupinya
dari salat malam.
2. Ada yang
menerangkan pula maknanya adalah akan
melindunginya dari setan.
3. Ada
juga yang menjelaskan bahwa maknanya menjaganya dari berbagai keburukan ataupun
penyakit.
Maka, makna hadis ini mencakup keseluruhan keterangan di atas
sebagaimana penjelasan Imam An-Nawawi rahimahullah dalam
Syarah Shahih Muslim.
4.
Surah
Al-Kafirun
Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Naufal,
اِقْرَأْ:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ ثُمَّ نَمْ عَلَى خَاتِمَتِهَا فَإِنَّهَا
بَرَاءَةٌ مِنَ الشِّرْكِ
“Bacalah Qul Yaayyuhal Kafirun (Surat Al-Kafirun), kemudian
tidurlah setelah selesai membacanya, karena ia dapat melepaskan dari kesyirikan.”
(HR. Abu Dawud, hadis ini shahih)
5.
Surah
Al-Ikhlas, dan mu’awwidzatain (Al-Falaq dan
An-Nas)
Sangat dianjurkan mengamalkan surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali
sebelum tidur pada malam hari, pahalanya seperti mengkhatamkan Al-Qur’an satu
kali. Disunnahkan juga untuk membaca surah Al-Ikhlas dan mu’awwidzatain
(Surat An-Nas dan Al-Falaq), kemudian meniup kedua telapak tangan, dan
selanjutnya mengusapkannya ke seluruh badan sebanyak tiga kali. Hal ini
berdasarkan hadis dari ‘Aisyah ra.,
كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى
فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيْهِمَا فَقَرَأَ فِيْهِمَا
(قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَ (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ) وَ (قُلْ أَعُوْذُ
بِرَبِّ النَّاسِ) ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ ، يَبْدَأُ
بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ، يَفعَلُهُ ذَالِكَ
ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Sesungguhnya Nabi saw. biasanya ketika akan tidur di setiap
malam, beliau menyatukan kedua telapak tangan kemudian meniupkan keduanya dan
membaca (Qul huwallahu ’ahad) dan (Qul a’udzubi rabbil falaq) dan (Qul
a’udzubirobbin nas). Kemudian mengusap tubuh dengan keduanya semaksimal mungkin,
dimulai dari kepala dan wajahnya, serta bagian depan tubuhnya. Hal itu
dilakukan sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari)
6.
Surah
Al-Fatihah
Surah
ini merupakan surah pembuka dari segala pembuka dan sangat cocok sekali
diamalkan sebelum tidur, apalagi diamalkan untuk diri
sendiri. Selain sebagai perlindungan dari gangguan makhluk ghaib juga sebagai ruqtah
(sejenis obat dan mantra).
7.
Baca
basmalah 21 kali
Keutamaan
baca basmalah 21 kali sebelum tidur ialah selamat dari berbagai gangguan
orang-orang zalim dan gangguan jin ataupun makhluk halus,
rumahnya akan aman dan kemalingan, aman (selamat) dari mati mendadak, serta
aman dari berbagai malapetaka lainnya. Hal ini sebagaimana dalam kitab Kasyifah al-Syaja’, Syarh Safinah al-Naja yang dikarang oleh Syeikh Nawawi
al-Bantani.
8. Baca tasbih 33 kali
Sebagaimana sabda Nabi saw. berikut ini,
وَ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صلى الله عليه و سلم قَالَ لَهُ وَ لِفَاطِمَةِ رضي الله عنهما: إِذَا أَوَيْتُمَا
إِلَى فِرَاشِكُمَا أَوْ أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا، فَكَبِّرَا ثَلَاثًا وَ
ثَلَاثِيْنَ وَ سَبِّحَا ثَلَاثًا وَ ثَلَاثِيْنَ وَ احْمَدَا ثَلَاثًا وَ
ثَلَاثِيْنَ. التَّكْبِيْرُ أَرْبَعًا وَ ثَلَاثِيْنَ (متفق عليه)
“Dari Ali ra., bahwa Rasulullah saw.
bersabda kepadanya dan kepada Fatimah ra.: “Apabila kalian menuju tempat tidur
atau telah mempersiapkan pembaringan, maka bertakbirlah sebanyak 33 kali,
bertasbihlah sebanyak 33 kali, dan bertahmidlah sebanyak 33 kali.” Dalam
riwayat lainnya dikatakan: “Bertasbihlah sebanyak 34 kali.” Dan dalam
riwayat lainnya dikatakan: “Bertakbirlah sebnayak 34 kali.” (lihat
Terjemah Riyadhus Shalihin Juz 2, hal. 366-367).
9. Doa sebelum tidur
Dalam Risalah ‘Amaliah yang dikarang oleh H. M. Qusairi
Hamzah menyebutkan bahwa ada 4 perkara yang dilakukan Nabi saw. sebelum beliau
tidur. Yakni sebagai berikut:
Pertama, mengkhatamkan Al-Qur’an, dengan membaca surah Al-Ikhlas sebanyak
3 kali.
Kedua, menjadikan para nabi sebagai pemberi syafaat kepadanya, dengan
bershalawat kepada Nabi saw. dan para nabi sebelum beliau sebanyak 3 kali.
Ketiga, menjadikan kaum muslimin ridha terhadapnya, dengan beristigfar
untuk kaum muslimin sebanyak satu kali, dan
Keempat, melakukan haji dan umrah, dengan membaca tasbih sebanya 7 kali.
Berikut amalannya:
ü قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ...الخ
ü اللَّهُمَّ
صَلَّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى جَمِيْعِ الْأَنْبِيَاءِ وَ الْمُرْسَلِيْنَ
ü اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ لِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ
الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ
ü سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ
لِلَّهِ وَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ وَ لَا حَوْلَ وَ لَا
قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Adapun doa sebelum tidur terdapat dalam sabda Nabi saw.
berikut,
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رضي الله عنهما قَالَ: كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَامَ عَلَى
شَقِّهِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ قَالَ: (اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِيْ إِلَيْكَ وَ
وَجَّهْتُ وَجْهِيْ إِلَيْكَ وَ فَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ وَ الْجَأْتُ
ظَهْرِيْ إِلَيْكَ رَغْبَةً وَ رَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَ لَا مَنْجَا
إِلَّا إِلَيْكَ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ أَنْزَلْتَ وَ نَبِيَّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ)
(رواه البخاري بهاذا اللفظ في كتاب الأدب من صحيحه)
“Dari
Al-Barra’ bin Azib ra., ia berkata: “Apabila Rasulullah saw. berada di tempat
tidurnya dan hendak tidur, maka beliau miringkan ke sebelah kanan, kemudian
membaca: “(Ya Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku
kepada-Mu, menyandarkan punggungku kepada-Mu, dan menyerahkan semua urusan
kepada-Mu dengan penuh harap dan rasa takut kepada-Mu, tiada tempat berlindung
dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman
dengan kitab yang Engkau turunkan dan (beriman) dengan nabi-Mu yang tulus).”
(lihat Terjemah Riyadhus Shalihin Juz 2, hal. 17). Dan bisa juga lihat Risalah
‘Amaliah, hal. 188.
Atau
عَنْ حُزَيْفَةَ وَ أَبُو ذَرٍّ رضي الله عنهما، أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ: (بِاسْمِكَ
اللَّهُمَّ أَحْيَا وَ أَمُوْتُ) (رواه البخاري)
“Dari Huzaifah dan Abu Dzarr ra. Bahwasanya Rasulullah saw. apabila menuju tempat tidurnya, beliau mengucapkan: “)Dengan menyebut nama Allah, ya Allah, hamba hidup dan hamba mati(.” (lihat Terjemah Riyadhus Shalihin Juz 2, hal. 366). Dan bisa juga lihat Pelajaran Fiqih 1, hal. 95.
Sudah sepantasnya kita selalu memohon perlindungan dan ampunan dari sang Maha Penerima Taubat lagi Maha Pengampun, Allah subhanahu wa ta’ala dengan selalu berdoa dan bertawakal kepada-Nya melalui doa dan zikir yang sering diamalkan sehingga terhindar dari segala gangguan makhluk ghaib, jin ataupun setan, yang mana mereka tidak akan pernah luput menggoda kehidupan seorang Muslim. Selayaknya juga terus memperhatikan bagaimana tata cara atau etika ketika berdoa, yakni dengan kerendahan hati, ikhlas, khusyuk, pasrah, bersuci terlebih dahulu, selalu diamalkan, dan lain sebagainya. Demikianlah artikel yang dibuat oleh penulis.
Wallahu ‘alamu bisshawaab
Referensi:
Hamzah, M. Qusairi. 2005. Risalah ‘Amaliyah. Martapura:
Inayah.
Idrus, Ratna Dewi. 2018. Betapa Allah
Mencintaimu. Sidoarjo:
Genta Hidayah.
Imam Nawawi (An-Nawawi, Abu Zakaria Yahya Syaraf). 2013. Terjemah
Riyadhus Shalihin Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.
An-Nazily, Muhammad Haqi. Khazinatul Asrar: Jalilatul Adzkar.
Al-Haramain.
Zarkasyi, Imam. 2013. Pelajaran Fiqih 1. Ponorogo: Trimurti
Press.
https://islam.nu.or.id/post/read/87841/keutamaan-membaca-ayat-dan-surat-tertentu-pada-waktu-tertentu
Posting Komentar
Posting Komentar