Blogger news

Adab Membaca Al-Qur'an

 Adab Membaca Al-Qur’an

Nah, setelah kita berdoa, mari kita ketahui sama-sama apa saja yang harus dilakukan ketika kita mau membaca kitab suci ini, atau disebut sebagai etika ketika membaca Al-Qur’an. Seorang hamba tidak akan dihitung sebagai pembaca Al-Qur’an yang sebenarnya dan sempurna bacaannya sehingga mendapatkan tempat di sisi Allah swt. melainkan melakukan adab-adab terhadapnya terlebih dahuluBerikut penjelasannya:

1.      Mengikhlaskan hati semata-mata karena Allah swt.

2.      Menutup aurat, mengenakan pakaian yang pantas, dan berpenampilan baik.

3.      Dalam keadaan bersih dan suci dari najis baik badan, pakaian maupun tempat. Diwajibkan juga bagi setiap orang yang mau membacanya untuk menghilangkan hadas besar (dengan mandi) dan hadas kecil (dengan berwudhu).

4.      Membersihkan mulut dengan menggosok gigi atau bersiwak.

5.      Membaca dalam keadaan duduk (lebih utama), bila membaca Al-Qur’an dengan berdiri atau berbaring tetap mendapatkan pahala.

6.      Membaca Al-Qur’an sebaiknya dimulai dengan membaca ta’awudz (isti’azah), “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Allah swt. berfirman dalam Q.S. An-Nahl [16] ayat 98:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur’an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”

Apabila membaca ayat-ayat Al-Qur’an dimulai dari awal surah maka setelah membaca ta’awudz lalu membaca basmalah, baru membaca ayat-ayat tersebut. Apabila tidak di awal surah, cukup membaca ta’awudz. Namun, khusus untuk surah Bara’ah (At-Taubah), walaupun dibaca mulai dari ayat pertama, tetap tidak perlu membaca basmalah, cukup dengan membaca ta’awudz.

7.      Tartil dan menjaga kaidah tajwid beserta makharijul hurufnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt.:

وَ رَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيْلًا

“... dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. Al-Muddasir: 4)

Tartil yang dimaksudkan di sini ialah membaca Al-Qur’an dengan jelas, sesuai dengan kaidah tajwid yang benar.

8.      Membaca Al-Qur’an hendaknya dengan bacaan yang jelas (sesuai dengan kemampuan), sesuai dengan hadis Nabi saw. “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.”

9.      Suara pelan atau keras.

Rasulullah saw. membacanya tergantung situasi dan kondisi. Beliau terkadang membaca Al-Qur’an membacanya dengan pelan, terkadang juga membacanya dengan keras.

10.  Bersujud ketika membaca ayat sajadah. Baik ketika di dalam salat maupun di luar salat, kecuali seorang makmum maka ia wajib mengikuti imamnya, karena itu ia tidak boleh melakukan sujud tilawah sendiri sekiranya imam tidak melakukannya.

11.  Mengambil mushaf Al-Qur’an dengan tangan kanan.

12.  Menghadap kiblat.

13.  Membacanya dengan khusyuktuma’ninah dan tenang.

14.  Berusaha mengetahui arti dan kandungan isi ayat yang dibaca dengan penuh perhatian serta merenunginya.

15.  Menghadirkan dalam hati akan keagungan dan kemuliaan Al-Qur’an.

16.  Menghindari tertawa, gaduh, berbicara, dan sebagainya di sela-sela bertilawah.

17.  Memperhatikan tanda waqaf dan tanda baca lainnya.

18.  Mulut tidak berisi makanan ataupun permen ketika membacanya.

19.  Suara bacaan Al-Qur’an jangan sampai mengganggu orang lain yang tengah melaksanakan salat.

20.  Tidak menoleh ke kanan dan ke kiri atau melihat sesuatu yang bisa memalingkannya dari mentadabburi kandungan Al-Qur’an.

21.  Tidak bermain-main dengan tangannya, menggoyang kepala ataupun berdendang saat bertilawah.

22.  Menahan bacaan (atau jangan sambil membaca) ketika keluar angin, menguap, bersin, batuk, berdehem, sendawa, dan sebagainya.

23.  Ketika melewati ayat rahmat, berhenti sejenak dan berdoa memohon kepada Allah swt. Dan ketika melewati ayat azab, berhenti sejenak dan berlindung kepada-Nya.

24.  Berhenti membaca pada tempatnya untuk menjawab salam, menjawab azan, menjawab orang yang bertanya, mendoakan orang yang bersin, dan sebagainya.

25.  Membaca doa penutup ketika sesudah baca Al-Qur’an, sebagaimana doanya berikut ini:

Doa senandung Al-Qur’an

اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي(نَا) بِالْقُرْآنِ وَ اجْعَلْهُ لِيْ (نَا) إِمَامًا وَ نُوْرًا وَ هُدًى وَ رَحْمَةً, اللَّهُمَّ ذَكِّرْنِيْ (نَا) مِنْهُمَا نَسِيْتُ (نَا) وَ عَلِّمْنِيْ (نَا) مِنْهُمَا جَهِلْتُ (نَا) وَ ارْزُقْنِيْ (نَا) تِلَاوَتَهُ آنَا اللَّيْلِ وَ أَطْرَافَ (وَ آنَا) النَّهَارِ وَ اجْعَلْهُ لِيْ (نَا) حُجَّةً ياَ رَبَّ الَعَالَمِيْنَ.

*Indonesia: “Allah rahmati aku (kami) dengan Al-Qur’an, jadikan ia pimpinan, cahaya, petunjuk, dan rahmat. Allah ingatkan kami apa yang terlupa ajarkanlah yang tak aku (kami) ketahui. Rezekikan aku (kami) membacanya (Al-Qur’an), siang dan malam sepanjang siang dan malam. Jadikan ia penolongku (kami). Ya Robbal ‘Alamiin...

 

*Inggris: “Allah bless me (us) with Al-Qur’an, make it my (our) leader, my (our) light, my (our) guide, dan blessing. Allah remind me (us) of what I (we) forget and teach me (us) what I (we) do not know oh my beloved Allah. Do Al-Qur’an as my (our) reading, all night and all day. Make Al-Qur’an my (our) foundation. Ya Robbal ‘Alamiin...

(Membaca doa di atas lebih mudah menghafalnya dengan lagu J)

Penting!

Ketika kita membaca Al-Qur’an, ada beberapa kewajiban yang harus kita ingat:

1.   Upayakan membaca Al-Qur’an setiap hari dan jangan biarkan satu hari berakhir tanpa ada membaca Al-Qur’an secara langsung. Lebih baik membacanya secara teratur walaupun sedikit tetapi rutin setiap hari daripada membacanya dalam jumlah yang besar tetapi hanya sekali-kali.

2.   Meniatkan dalam hati dan berusaha menghapalkan Al-Qur’an sebanyak mungkin yang dapat kita hapalkan. Kita dapat memulainya dari surah-surah pendek, kemudian kepada bagian-bagian ayat atau surah yang lebih panjang.

Karya: iLai

Referensi:

.Al-Qur’an Al-Karim: Robbani. Jakarta: PT. Surya Prisma Sinergi.

Al-Qur’an Al-Karim: Al Hidayah. Tangerang Selatan: PT. Kalim.

Al-Qur’an Al-Karim: Hijaz. Bandung: Syaamil Quran.

Al-Qur’an Al-Karim: Al Fatih. Jakarta Timur: PT. Insan Media Pustaka

Hidayat, Rahmat. 2021. Ilmu Tajwid dan I’rabnya. Banjarmasin: LPPQ UIN Antasari.

Hamzah, M. Qusairi. 2005. Risalah ‘Amaliyah. Martapura: Inayah.

Imam Nawawi. 2013. Terjemah Riyadhus Shalihin Jilid 2. Jakarta: Pustaka Amani.

Posting Komentar